Kamis, 19 Maret 2015

[ Sedekah ] Kisah inspiratif tentang Mbah Kemih

Kisah inspiratif tentang Mbah Kemih, yang dapat menjadi sumber motivasi dan inspirasi kita.



Oleh Tarmizi As Shidiq

Juni 2009, Alhamdulillah saya dan istri dapat menunaikan ibadah umrah, selain ada keajaiban dalam memperoleh tiket umrah, perjalanan ke Baitullah pun banyak kisah yang mengesankan untuk saya.
Pada 8 Juni sekitar pukul 23.00 waktu setempat, bersama Al-Amin Travel (sekarang Daqu Travel) jamaah umrah beranggotakan 126 orang tiba di Bandara King Abdul Azis, Jeddah, Saudi Arabia.
Dari jamaah umrah tersebut ada beberapa orang yang mendapatkan tiket umrah melalui program Umrah Penghafal Qur’an PPPA Daarul Qur’an yang dibimbing oleh Ustadz Ahmad Kosasih
Diantaranya Ujang Saipul Akbar (18). Remaja hafidz Qur’an ini seorang santri sekaligus guru di sebuah madrasah di Bogor.

Turut berangkat juga Amir Syarifuddin (36), pengelola madrasah di  pelosok Kebumen, Jawa Tengah. Bersama sang istri, ia menyelenggarakan pendidikan rakyat yang santrinya kebanyakan dari keluarga dhuafa juga Abdul Ghoni, pengurus masjid dan pengajar di SDIT Ummul Quro, Bogor. Pengabdian dan hafalan Qur’annya mengantarkan dirinya menjadi Tamu Allah

Selain mereka ada kakek berusia lebih 100 tahun ini diberangkat umrah secara cuma-cuma, lantaran prestasi hidupnya yang mengandung banyak keteladanan.

Selain rajin beribadah dan doyan ngaji kesana kemari di kampungnya, Mbah Kemih hobby bersedekah. Orang tua itu beda dengan kebanyakan orang, kenapa beda?

Dalam keterbataan ekonominya, Mbah Kemih masih tetap mengutamakan membantu orang lain. Mbah Kemih rela memberikan ruang rumah yang kecil kepada orang yang kurang waras, rumah yang terbuat dari bilik bambu dibagi dua dengan orang tersebut.

Selain itu Mbah Kemih berbagi dengan mahluk Allah lainnya, dibawah tempat tidurnya terdapat ayam-ayam yang diperolehnya dari penjualan marmut. Bukan itu saja, Mbah Kemih pun berbagi makanan kepada ayam ternak, makanan sisa yang diperoleh dari pengajian dan pemberian orang lain diberikan juga kepada hewan ternaknya Mbah Kemih yang hidup sebatangkara pun tidak hanya hidup dari belas kasihan orang lain, dengan usia yang lanjut, Mbah Kemih tetap berusaha bercocok tanam, dan berikhtiar untuk pergi Baitullah.

Ayam-ayam ternak yang setia tinggal dibawa tempat tidurnya, setelah cukup ia jual dan digantikannya dengan seekor anak kambing. Mbah Kemih ingin membesarkan kambing tersebut, agar ia dapat berkurban di hari raya, dan berharap qurbanya dapat mengantarkannya ke Baitullah.

Sumber: http://yusufmansur.com/

Selanjutnya baca di http://yusufmansur.com/keajaiban-mbah-kemih/4/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar