Senin, 13 April 2015

[ Surga ] Jaminan dari Allah swt kepada Rasulullah SAW


Inilah hak Prerogratif  Allah swt kepada Nabi Muhammad SAW.

Pertama : Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah dijamin oleh Allah diberikan Al-Kautsar sungai di surga. Allah telah berfirman

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (١)

 “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar.” [QS. Al-Kautsar: 1]

Dalam hadits riwayat At-Tirmidzi, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata tentang Al-Kautsar:

رَأَيْتُ نَهْرًا فِى الْجَنَّةِ حَافَتَاهُ قِبَابُ اللُّؤْلُؤِ قُلْتُ مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ قَالَ هَذَا الْكَوْثَرُ الَّذِى قَدْ أَعْطَاكَهُ اللَّهُ

Aku melihat sebuah sungai di surga di dua tepinya terdapat kemah-kemah mutiara, maka aku berkata: Apa ini wahai Jibril? Jibril berkata: Inilah Al-Kautsar yang telah Allah berikan kepadamu.” [HR. At-Tirmidzi, Shahih At-Tirmidzi: 2675]



Kedua : Nabi shallallahu 'alaihi wasallam juga telah dijamin diampuni dosa-dosanya. Allah juga berfirman

إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِينًا لِّيَغْفِرَ لَكَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepada kamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosa yang telah lalu dan yang akan datang.” [Al-Fath:1-2]

Tentunya sangat jelas bahwa orang yang telah diampuni oleh Allah maka pasti dijamin masuk surga. Karenanya banyak sekali amalan yang dijanjikan ampunan Allah, karena telah dimaklumi bahwa orang yang diampuni pasti masuk surga. Contohnya sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barang siapa yang berpuasa bulan Ramadhan dengan keimanan dan penuh pengharapan maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barang siapa yang qiyamul lail (sholat malam) karena iman dan penuh pengharapan maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barang siapa yang beribadah di malam lailatul qodar dengan penuh keimanan dan penuh pengharapn maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

Bahkan tatkala Aisyah bertanya doa apa yang hendaknya ia ucapkan jika bertemu dengan malam lailatul Qodar, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak menyuruhnya untuk minta surga, akan tetapi Nabi menyuruhnya untuk memohon ampunan dari Allah. Karena sudah otomatis bahwa orang yang diampuni dosanya pasti akan masuk surga.



Ketiga : Allah dalam banyak ayat telah menjamin kaum mukminin yang beramal sholeh akan dimasukan ke dalam surga. Contohnya firman Allah

وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُولَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلَى (٧٥)جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ مَنْ تَزَكَّى (٧٦)

Dan Barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam Keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, Maka mereka Itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang Tinggi (mulia), (yaitu) syurga 'Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. dan itu adalah Balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan). (QS Toha : 75-76)



Jika Allah menjamin orang-orang yang beriman untuk masuk surga, lantas bagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak dijamin masuk surga?



Keempat : Bahkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam banyak menjamin surga bagi orang yang beriman. Apakah beliau berani menjamin sementara beliau tidak terjamin?

Diantaranya Nabi telah menjamin sepuluh sahabat untuk masuk surga, beliau bersabda:

أبو بكر في الجنة وعمر في الجنة وعثمان في الجنة وعلي في الجنة وطلحة في الجنة والزبير في الجنة وعبد الرحمن بن عوف في الجنة وسعد بن أبي وقاص في الجنة وسعيد بن زيد في الجنة وأبو عبيدة بن الجراح في الجنة

"Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Tholhah di surga, Az-Zubair di surga, Abdurahman bin 'Auf di surga, Sa'ad bin Abi Waqoos di surga, Sa'id bin Zaid di surga, Abu 'Ubaidah bin Al-Jarrooh di surga" (HR At-Tirmidzi no 2946)

Logikanya jika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengabarkan bahwa para sahabat masuk surga, lantas bagaimana dirinya sendiri kok tidak terjamin?

          Bahkan dalam banyak hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjamin surga juga kepada orang yang beramal sholeh secara umum. Diantaranya sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam :

أنا زعيم بيت في ربض الجنة لمن ترك المراء و إن كان محقا ، وبيت في سط الجنة لمن ترك الكذب وإن كان مازحا، وبيت في أعلى الجنة لمن حسن خلق

"Aku menjamin rumah di pinggir surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan meskipun dia yang benar, aku menjamin rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun hanya bercanda, dan aku menjamin rumah di bagian atas surga bagi orang yang bagus akhlaknya" (HR Abu Dawud)

Rasulullah juga bersabda :

مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ

"Barang siapa yang menjamin bagiku lisannya  dan kemaluannya maka aku menjamin baginya surga" (HR Al-Bukhari no 6474)

Rasulullah juga bersabda :

اضمنوا لى ستا من أنفسكم أضمن لكم الجنة : اصدقوا إذا حدثتم وأوفوا إذا وعدتم وأدوا إذا ائتمنتم واحفظوا فروجكم وغضوا أبصاركم وكفوا أيديكم

"Jaminlah kalian enam perkara bagiku maka aku akan menjamin kalian masuk surga, jujurlah jika kalian berbicara, penuhilah jika kalian berjanji, tunaikanlah jika kalian diberi amanat, jagalah kemaluan kalian, tundukkanlah pandangan kalian dan tahanlah tangan-tangan kalian (dari mengganggu orang lain)" (Shahih Ibni Khuzaimah, Shahih Ibni Hibban, dan Mustadrok Al-Haakim, lihat Ash-Shahihah no 1470)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda :

أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيْمَ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا وَأَشَارَ بِالسَّبَابَةِ وَالْوُسْطَى وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئًا

"Aku dan pengurus/penanggung anak yatim seperti dua jari ini di surga", dan Nabi memberi isyarat dengan jari tengah dan jari telunjuknya dan beliau merenggangkan sedikit kedua jarinya tersebut (HR Al-Bukhari no 5304 dan Muslim no 2983)

Maka sungguh sangatlah aneh jika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjamin orang lain masuk surga sementara ia sendiri tidak terjamin?!



Kelima : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah mengabarkan bahwa pintu surga tidak akan terbuka kecuali beliaulah yang mengetuknya.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

آتِى بَابَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَسْتَفْتِحُ فَيَقُولُ الْخَازِنُ مَنْ أَنْتَ فَأَقُولُ مُحَمَّدٌ. فَيَقُولُ بِكَ أُمِرْتُ لاَ أَفْتَحُ لأَحَدٍ قَبْلَكَ

“Aku akan mendatangi pintu surga di hari kiamat, maka aku meminta untuk dibukakan, lalu penjaga surga berkata: Siapa engkau? Aku berkata: Aku adalah Muhammad. Maka ia berkata: Untuk engkaulah aku diperintahkan agar aku tidak membuka pintu surga bagi siapapun sebelum engkau.” (HR Muslim no 197)

Selasa, 07 April 2015

[ Teladan ] Ucapan, Perbuatan dan Pemikiran Rasulullah SAW tidak hilang

Kepergian Rasulullah SAW yang sudah tidak ada di dunia, ternyata hingga kini, setelah 1400 tahun lebih berlalu, pengaruh sosok kepribadiannya memiliki pengaruh terhadap 1,7 Milyar manusia. Bahkan setiap hari bertambah di berbagai belahan dunia.


Justin Bieber convert to Islam: facebook.com

Kebencian dari orang-orang yang tidak suka kepada dirinya sudah bekerja keras siang malam dengan biaya yang sangat mahal untuk menemukan cara agar pengaruhnya padam. Pengaruh ucapannya, pengaruh keteladannya, pengaruh pemikiranya sangat menakutkan orang-orang yang ingin hidup di dunia tanpa beban dosa (dengan penebusan dosa).

Kenapa sosok Muhammad SAW, Rasulullah SAW, begitu hebat dan tak tertandingi ?? Kompetitor Muhammad SAW yaitu manusia yang disembah dan yang di Tuhankan. Kompetitor Muhammad SAW sebenarnya sosok yang bersanding dan memiliki bersama misi yang sama dengan Muhammad SAW.

Jasad Rasulullah SAW telah meninggalkan dunia, namun ternyata tidak begitu dengan pengaruhnya. Pengaruhnya justru semakin kuat dan terbukti dengan meluasnya orang-orang yang ingin menjadi pendukungnya. Kematiannya, merupakan titik ujian kepada siapa saja yang hidup bersamanya. Kerinduan orang-orang yang melihat dan merasakan keindahan pribadinya mendorong untuk memenuhi ajakan dan mengikuti keteladannya.

Dukungan sang pemilik jiwa manusia yaitu Allah SWT terhadap kehidupan Muhammad SAW selama di dunia, merupakan kunci keberhasilan pengaruh sosok kepribadiannya. Tak satupun manusia yang sudah yakin atas keagungan Allah swt dengan adanya alam semesta bisa lepas dari pengaruh Muhammad SAW. Manusia yang sudah kenal dengan sang pencipta Alam yang sesungguhnya akan yakin terhadap keberadaan Muhammad SAW.

Semua informasi tentang alam semesta yang dapat diketahui  oleh manusia, sebenarnya sudah disampaikan oleh Muhammad SAW yang tertulis di Al Quran. Muhammad SAW adalah sosok manusai yang berada dalam kendali Allah SWT secara penuh dalam ucapan, perkataan, sikap, dan perbuatannya, sehingga manusia yang mengenal pribadinya akan sangat terkesan.

Allah SWT betul-betul telah menurunkan sosok  manusia untuk menyelamatkan manusia dari kehidupan dunia yang Indah dan menyenangkan yang dapat melupakan manusia kepada Tuhan yang sebenarnya.

Barangsiapa yang yakin adanya Allah SWT maka akan yakin adanya Al Quran dan akan yakin kepada sosok Muhammad SAW.

Senin, 06 April 2015

[ Kisah ] Mengharukan, Kepergian Jasad Rasulullah SAW untuk selamnya

Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur’an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku.”

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. “Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” desah hati semua sahabat kala nitu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.
Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?”.”Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,”tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. ” Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. “Engkau tidak senang mendengar khabar ini?” Tanya Jibril lagi. “Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril. Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.”Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. “Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. “Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. “Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali mendekatkan telinganya.”Uushiikum bis-shalaati, wamaa malakat aimaanukum – peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.” Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. “Ummatii, ummatii, ummatiii!” – “Umatku, umatku, umatku” Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allaahumma sholli ‘alaa Muhammad wa’alaihi wasahbihi wasallim. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Usah gelisah apabila dibenci manusia kerana masih banyak yang menyayangimu di dunia, tapi gelisahlah apabila dibenci Allah kerana tiada lagi yang mengasihmu di akhirat kelak.

[ Sosok Agung ] Informasi dari Rasulullah SAW, ada seseorang yang terkenal di langit

Rasulullah SAW banyak di caci maki di Era Informasi, dihina, dilecehkan, dibully. Apakah karena Rasulullah SAW punya kejelekan? Bukan. Itu semua karena para pencela tidak mampu melebihi kehebatan Rasulullah SAW dan mereka tersudutkan dengan kelebihan beliau. Kisah ini bukti bahwa Rasulullah SAW memiliki informasi yang super canggih terhadap masa depan (Era para sahabat, sepeninggal beliau).


Rasulullah SAW pernah berpesan kepada Saidina Umar r.a. dan Saidina Ali k.w.: “Akan lahir di kalangan Tabiin seorang insan yang doanya sangat makbul. Namanya Uwais al-Qarni dan dia akan lahir di zaman kamu. Kamu berdua pergilah mencari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdoa untuk kamu berdua.”

Saidina Umar dan Saidina Ali lalu sama-sama menanyakan kepada Rasulullah SAW: “Apakah yang patut saya minta daripada Uwais al-Qarni, ya Rasulullah?”

Rasulullah SAW menjawab: “Mintalah kepadanya agar dia berdoa kepada Allah agar Allah ampunkan dosa-dosa kalian."
Memang benarlah kata-kata Rasulullah SAW, Uwais al-Qarni akhirnya muncul di zaman Saidina Umar dan Saidina Ali. Mereka memang menunggu dan mencari kabilah-kabilah yang datang dari Yaman ke Madinah, akhirnya bertemu juga dengan Uwais al-Qarni. Pada pandangan mata kasar, tidak mungkin dia orang yang Rasulullah SAW maksudkan kerana di kalangan orang awam, Uwais dianggap sebagai seorang yang kurang waras.

Uwais Al-Qarni adalah seorang yang berpenyakit sopak, badannya putih, yakni putih penyakit yang tidak digemari. Walaupun dia seorang berpenyakit sopak, dia adalah seorang yang soleh yang amat mengambil berat tentang ibunya yang uzur dan lumpuh. Dia telah begitu tekun untuk mendapatkan keredhaan ibunya. Bapa dia meninggal dunia ketika dia masih kecil lagi. Beliau berpenyakit sopak sejak dilahirkan dan ibunya menjaganya sampai beliau dewasa.

Suatu hari ibunya memberitahu kepada Uwais bahawa dia ingin untuk mengerjakan haji. Dia menyuruh Uwais supaya berikhtiar agar dia dapat membawanya ke Mekah untuk menunaikan haji. Sebagai seorang yang miskin, Uwais tidak berdaya untuk mencari perbelanjaan untuk ibunya kerana pada zaman itu kebanyakan orang pergi menunaikan haji dari Yaman ke Mekah perlu menyediakan beberapa ekor unta yang dipasang di atasnya ‘Haudat’. Haudat ialah sebuah rumah kecil yang diletakkan di atas unta untuk melindungi panas matahari dan hujan, selesa namun perbelanjaannya mahal. Uwais tidak mampu untuk menyediakan yang demikian. Beliau tidak memiliki unta dan juga tidak mampu untuk membayar sewa.

Pada suatu hari, ibu Uwais yang semakin uzur berkata kepada anaknya: “Anakku, mungkin ibu dah tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkanlah agar ibu dapat mengerjakan haji.”

Uwais mendapat suatu ilham. Dia membeli seekor anak lembu yang baru lahir dan sudah habis menyusu. Dia membuat sebuah rumah kecil di atas sebuah ‘Tilal’ iaitu sebuah tanah tinggi (rumah untuk lembu itu di atas bukit). Apa yang dia lakukan, pada petang hari beliau akan mendukung anak lembu untuk naik ke atas Tilal. Pagi esoknya beliau akan mendukung lembu itu turun dari Tilal tersebut untuk diberi makan. Itulah yang dilakukannya setiap hari. Ada ketikanya dia mendukung lembu itu mengelilingi bukit tempat dia memberi lembu itu makan. Perbuatan yang dilakukannya ini menyebabkan orang mengatakan beliau kurang waras.

Memang pelik, membuatkan rumah untuk lembu di atas bukit, kemudian setiap hari mengusung lembu, petang dibawa naik, pagi dibawa turun bukit. Namun sebenarnya jika dilihat di sebaliknya, Uwais seorang yang bijak. Lembu yang asalnya hanya 20kg, selepas enam bulan lembu itu sudah menjadi 100kg. Otot-otot tangan dan badan Uwais pula menjadi kuat hinggakan dengan mudah mengangkat lembu seberat 100kg turun dan naik bukit setiap hari.

Selepas lapan bulan, apabila sampai musim haji, rupa-rupanya perbuatannya itu adalah satu persediaan untuk dia membawa ibunya mengerjakan haji. Dia telah memangku ibunya dari Yaman sampai ke Mekah dengan kedua tangannya. Di belakangnya dia meletakkan barang-barang keperluan seperti air, roti dan sebagainya. Lembu yang beratnya 100kg boleh didukung dan dipangku inikan pula ibunya yang lebih ringan. Dia membawa (mendukung dan memangku) ibunya dengan kedua tangannya dari Yaman ke Mekah, mengerjakan Tawaf, Saie dan di Padang Arafah dengan senang sahaja. Dan dia juga memangku ibunya dengan kedua tangannya pulang semula ke Yaman dari Mekah.

Setelah pulang semula ke Yaman, ibunya bertanya: “Uwais, apa yang kamu doakan sepanjang kamu berada di Mekah?”
Uwais menjawab: “Saya berdoa minta supaya Allah mengampunkan semua dosa-dosa ibu”.

Ibunya bertanya lagi: “Bagaimana pula dengan dosa kamu?”

Uwais menjawab: “Dengan terampun dosa ibu, ibu akan masuk syurga. Cukuplah ibu redha dengan saya, maka saya juga masuk syurga."

Ibunya berkata lagi: “Ibu inginkan supaya engkau berdoa agar Allah hilangkan sakit putih (sopak) kamu ini."
Uwais berkata: “Saya keberatan untuk berdoa kerana ini Allah yang jadikan. Kalau tidak redha dengan kejadian Allah, macam saya tidak bersyukur dengan Allah Ta’ala."

Ibunya menambah: “Kalau ingin masuk ke syurga, mesti taat kepada perintah ibu. Ibu perintahkan engkau berdoa."
Akhirnya Uwais tidak ada pilihan melainkan mengangkat tangan dan berdoa. Uwais lalu berdoa seperti yang diminta oleh ibunya supaya Allah menyembuhkan putih yang luar biasa (sopak) yang dihidapinya itu. Namun kerana dia takut masih ada dosa pada dirinya, dia berdoa: “Tolonglah ya Allah! Kerana ibuku, aku berdoa hilangkan yang putih pada badanku ini melainkan tinggalkanlah sedikit.”

Allah SWT lalu menyembuhkan serta merta, hilang putih sopak di seluruh badannya kecuali tinggal satu tompok sebesar duit syiling di tengkuknya. Tanda tompok putih kekal pada Uwais kerana permintaannya, kerana ini (sopak) adalah anugerah, maka inilah tanda pengenalan yang disebut Rasulullah SAW kepada Saidina Umar dan Saidina Ali: "Tandanya kamu nampak di belakangnya ada satu bulatan putih, bulatan sopak. Kalau berjumpa dengan tanda itu, dialah Uwais al-Qarni."

Tidak lama kemudian, ibunya meninggal dunia. Dia telah menunaikan kesemua permintaan ibunya. Selepas itu dia telah menjadi orang yang paling tinggi martabatnya di sisi Allah. Saidina Umar dan Saidina Ali dapat berjumpa dengan Uwais dan seperti yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW, mereka meminta supaya Uwais berdoa agar Allah SWT berkenan mengampuni semua dosa-dosa mereka berdua.

Ketika Uwais al-Qarni berjumpa Saidina Umar dan Saidina Ali, beliau berkata: “Aku ini datang dari Yaman ke Madinah kerana aku ingin menunaikan wasiat Rasulullah SAW kepada kamu iaitu supaya kamu berdua berjumpa dengan aku." Maka Uwais pun telah mendoakan untuk mereka berdua.

Setelah itu Saidina Umar, yang ketika itu memegang jawatan Khalifah, bertanya kepadanya: "Anda hendak pergi ke mana?” “Kufah”, jawab Uwais. Saidina Umar bertanya lagi: “Mahukah aku tuliskan surat kepada Gabenor Kufah agar melayanimu?” Uwais menjawab: “Berada di tengah-tengah orang ramai sehingga tidak dikenali lebih aku sukai.” (HR Muslim)

Demikianlah kisah Uwais Al-Qarni yang amat taat dan kasih kepada ibunya. Seorang Wali Allah yang tidak terkenal di bumi, tetapi amat terkenal di langit.